Halaman

Teknologi dan Informasi Kehuatan

 

                              PETUNJUK TEKNIS

KEGIATAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN NON KAYU         

                    PEMBUATAN JAMUR TIRAM

Materi Penyuluhan Kehutanan Tahun 2021 di susun oleh :

Sulistiyanto, SST, Penyuluh Kehutanan Muda, Cabang Dinas Kehutanan Wilayah V Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah


                                           PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG

         Dalam semua aspek kehidupan, baik secara langsung maupun tak langsung manusia tak bisa lepas dari permasalahan sumber daya alam yang dalam hal ini adalah hutan  tanah dan air. Hasil hutan secara umum dibagi kedalam hasil kayu dan hasil non kayu. Ketika Kayu menjadi andalan utama untuk hasil hutan, penebangan pepohonan menjadi satu-satunya pilihan untuk memanen kayu-kayu tersebut untuk mendapatkan penghasilan. Manakala penebangan pohon besar-besaran maka hutan rusak dan kayu yang dijadikan sebagai penghasilan habis. Akibat dari kerusakan hutan dan penggunaan bahan kimia akhirnya kesuburan dan produktifitas tanah berkurang. Oleh karena itu hendaknya kita menggali dan mengembangkan potensi hasil hutan non kayu melalui teknologi yang sederhana, bahan dan alat yang digunakan cukup tersedia dan mudah didapat untuk dijadikan usaha sebagai upaya meningkatkan ekonomi.

Hasil hutan non kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat bermacam-macam diantaranya pembuatan Jamur Tiram. Pembuatan Jamur Tiram dengan memanfaatkan limbah hasil hutan yaitu serbuk kayu gergaji. Jamur Tiram sejak lama dibudidayakan sebagai tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dijadikan komoditi perdagangan dalam bentuk jamur segar, kering, dan ada juga dalam bentuk olahan. Jamur tiram dengan komposisi yang ada mengandung sumber bahan pangan yang bernilai gizi tinggi, mengandung protein, karbohidrat, mineral serta menurut penelitian para ahli dapat mencegah beberapa penyakit seperti diabetes, penurunan kadar kolesterol dan memperbaiki system pencernaan.

B.       MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu yaitu meningkatkan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan potensi sumber daya hutan yaitu dengan berbudidaya jamur tiram

Adapun tujuannya yaitu :

1)     Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan masyarakat

2)     Sebagai salah satu transper ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat dalam budidaya jamur tiram

3)     Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dengan cara berbudidaya jamur tiram

 

                                  BUDI DAYA JAMUR TIRAM

         Secara ringkas, rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Pembuatan Jamur Tiram sebagai berikut :

A. PEMBUATAN JAMUR TIRAM

I.  PEMILIHAN LOKASI

Pemilihan lokasi merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan untuk budi daya jamur tiram. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi yaitu :

A.    Aspek Fisik Lapangan

Ø  Ketinggian lokasi tempat budi daya antara 300 m – 600 m dpl atau antara 700 m – 1.200 m dpl

Ø  Calon lokasi dekat dengan sumber air

Ø  Lingkungan calon lokasi jauh dari kawasan industri, jauh dari keramaian pusat kota atau perdaangan dan tidak berdekatan dengan daerah atau kawasan aktif penghasil hortikultura

Ø  Bentuk atau sifat lahan rata dan tidak berupa lembah dengan kemiringan lebih dari 45° C

B.    Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek-aspek yang berkaitan dengan teknis pembuatan bibit/benih tanaman kehutanan, yaitu :

ØCalon lokasi harus dekat dengan sumber bahan baku

Ø  Calon lokasi harus mempunyai aksesibilitas tinggi (dekat dengan jalan atau memungkinkan untuk jalan masuk mobil)

C.    Aspek Ketenagakerjaan

Calon lokasi harus dekat dengan sumber tenaga kerja untuk melaksanakan seluruh kegiatan budi daya jamur tiram.

 

II.  PENYIAPAN BAHAN/ALAT BUDI DAYA JAMUR TIRAM

a.    Bahan / Media

1.  Serbuk gergaji

v  Berasal dari kayu kayu sengon atau durian

v  Keadaan kering dan tidak kotor

v  Dalam kemasan

2.    Dedak halus/bekatul

v  Dalam keadaan kering

v  Keadaan tidak kotor

v  Dalam kemasan kantong ukuran 35 kg

3.    Gypsum

v  Serbuk dalam keadaan kering

v  Warna putih

v  Dalam kemasan kantong ukuran 20 kg

4.    Kapur dolomit

v  Dalam keadaan kering

v  Dalam Kemasan kantong ukuran 32,5 kg

5.    Pupuk SP-36

v  Kandungan P2O 36 %

v  Kemasan kantong plastik 10 kg

6.    Kantong plastik PVC 0,5 mm (18x30 cm)

v  Warna putih / bening

v  Tidak rusak

v  Ukuran tebal 0,5 mm, panjang 30 cm, lebar 18 cm

7.    Minyak tanah

v  Jenis BBM

v  Bentuk cair

v  Dalam kemasan

8.    Limbah kertas

v  Berasal dari kertas

v  Ukuran P. ±  27 cm, L.  ± 20 cm

v  Keadaan kering

v  Dalam kemasan

9.    Bibit Jamur

v  Berasal dari spora

v  Bentuk miselia dalam media pembiakan serbuk jagung

v  Kemasan botol ukuran 0,25 ltr

v  Berwarna putih, serbuk jagung sudah tidak tampak

10. Plastik PVC 0,5 mm panjang 10 m

v  Warna bening atau tembus cahaya

v  Lebar 1 m

v  Keadaan tidak sobek

11. Log jamur yang sudah jadi

v  Bahan / media dalam kantong plastik PVC 0,5 mm (18 x 30 cm)

v  Telah siap tumbuh jamur

b.   Peralatan

1.    Sekop

v  Bahan dari baja

v  Siap pakai

v  Lebar ± 20 cm

v  Panjang ± 25 cm

2.    Cincin peralon

v  Potongan peralon biasa ukuran ½ inchi

v  Panjang 2 – 2,5 cm

3.    Kompor semawar

v  Bahan besi atau alumunium

v  Kompor dilengkapi tabung dan pompa

v  Keadaan kompor dan tabung tidak rusak dan tidak bocor

v  Kapasitas tabung 5 ltr

v  Panjang selang tembaga 80 cm

4.    Drum pengkukus

v  Bahan plat besi

v  Ukuran T. 88 cm, diameter 56 cm

v  Bukan drum bekas aspal

v  Tidak rusak dan bocor

5.    Ember

v  Bahan dari plastik

v  Diameter ± 25 cm

v  Tinggi ±  30 cm

v  Kapasitas ±  14 liter

v  Keadaaan tidak rusak dan tidak bocor

6.    Kranjang plastik

v  Bahan terbuat dari plastik

v  Ukuran T. 18 cm, L. 39 cm, P. 56 cm

v  Keadaan tidak rusak

7.    Termometer

v  Termometer ruangan

8.    Ayakan

v  Terbuat dari kawat

v  Ukuran ayakan 80 cm x 90 cm

v  Ukuran lobang ayakan 0,5 cm

v  Keadaan tidak rusak

 

III.                PEMBUATAN TEMPAT PEMELIHARAAN JAMUR

a.    Bangunan  tempat pemeliharaan dengan ukuran  7 x 8 m , tinggi 3 m

v  Atap dari welit

v  Dinding anyaman bambu

v  Penyangga dari bambu

v  Gambar terlampir

b.    Kotak Penyimpanan Pembibitan

v  Terbuat dari kaca dan alumunium (Etalase)

v  Gambar terlampir

c.    Rak Bambu 4 Tingkat

v  Ukuran t. 2 m

v  Lebar 20 cm

d.    Papan Nama

v  Bahan dari seng dengan rangka kayu

v  Kayu untuk rangka 2 x 3 cm (kayu reng)

v  Ukuran 75 x 110 cm

v  Warna dasar hijau dengan tulisan warna putih

 

IV. TAHAPAN BUDIDAYA JAMUR

Alur proses dalam budi daya jamur tiram sebagai berikut :

a.    Persiapan bahan baku

Persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan bahan untuk media tanam yang terdiri dari serbuk kayu, bekatul, kapur, dan gipsun. Bahan yang digunakan dalam budidaya terdiri dari bahan baku dan bahan penunjang.

b.   Pengayakan bahan baku

Pengayakan dilakukan untuk menghasilkan media yang baik karena pada serbuk kayu gergaji masih terdapat potongan-potongan kayu atau kotoran yang lain. Hasil pengayakan bertujuan agar media tersebut seragam dan menghasilkan pertumbuhan miselia secara maksimal.

c.    Pencampuran bahan dan pengomposan

-          Pencampuran dapat dilakukan dengan manual dengan tenaga manusia atau dengan mesin mixer. Serbuk kayu yang  dikukus dicampur dengan bahan penunjang. Komposisinya disesuaikan dengan kebutuhan. Pada saat pencampurannya dibuat hingga homogen. Bila dalam pencampuaran tersebut tidak homogen akan terjadi penggumpalan dan mempengaruhi pertumbuhan jamur.

-   Pengomposan yaitu pemeraman campuran media tanam jamur. Campuran media yang akan diperam ditutup dengan plastik selama 2 hari. Proses pengomposan terjadi apabila ada kenaikan suhu sampai menjadi 50oC. Tujuan dari pengomposan adalah  menguraikan senyawa-senyawa komplek dalam bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoeh senyawa yang sederhana dan dapat dikonsumsi oleh jamur untuk pertumbuhannya. Adonan yang baik mengandung kadar air 50-60% dengan tingkat pH 6 - 7 atau ditandai dengan adonan apabila dikepal akan membentuk gumpalan tetapi mudah dihancurkan kembali.

d.    Pengisian

-   memasukan adonan ke dalam plastik yang tahan panas dan dipadatkan kemudian ujung plastik disatukan dipasangi cincin yang terbuat dari bambu atau paralon.

-           Pengisian campuran ke dalam kantung plastik harus mampat, apabila kurang mampat pertumbuhan bibit akan kurang merata

-          Setalah kantung plastik diisi mampat maka atasnya ditutup

e.    Sterilisasi/Pasteurisasi

-    Sterilisasi dilakukan selama 6 – 8 jam dengan suhu 80 – 90oC. alat paling sederhana untuk sterilisasi adalah drum yang telah dimodifikasi dengan menambahkan sarangan guna pembatas air dan media. Atau cara modern yaitu ruangan sterilisasi dengan menggunakan ketel uap (broiler).

-          Proses steriliasasi/Pasteurisasi terhadap bahan baku dengan tujuan untuk mencegah pertumbuhan semua jasad hidup yang berada di dalam substrat tanam (yang mungkin terbawa bersama bahan baku), yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam.

f.     Pendinginan

Pendinginan dilakukan selama 8 – 12 jam atau suhu mencapai 35 –40oC.

g.    Inokulasi

Inokulasi dengan dua cara yaitu dengan menaburkan dan tusukan yang maksudnya adalah dengan cara menaburkan bibit ke dalam media tanam secara langsung dan cara membuat lubang tusukan sedalam ¾ tinggi media melalui ring lalu memasukkan bibit yang telah dihancurkan. Setelah media ditanami bibit kemudian ditutup dengan kapas yang bertujuan mengurangi oksigen dan membuat kondisi yang baik untuk pertumbuhan miselia jamur.

h.   Inkubasi

Inkubasi sangat diperhatikan untuk menjaga suhu antara 22 – 28oC agar pertumbuhan miselia dapat optimal. Inokulasi sempurna bila ditandai dengan media tanam tampak putih merata setelah 40 – 60 hari.

V.   PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM

a.    Pemeliharaan dilakukan untuk menghasilkan pertumbuhan tubuh buah jamur optimal dengan cara penyiraman atau pengkabutan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari agar kelembaban terjaga

b.    Melakukan pengontrolan terutama untuk mengamati apakah jamur yang tumbuh adalah benar-benar jenis yang diharapkan.

VI. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

a.    Pengedalian hama/penyakit pada prinsipnya harus dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama/penyakit secara terpadu

b.    Namun apabila keseimbangan alaminya terganggu, maka harus dilakukan pengendalian hama/penyakit baik dilakukan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan obat-obatan sesuai dengan penyebab serangannya.

VII.   PEMANENAN

a.    Lembaran (daun) jamur dibagian atas sudah mencapai maksimal / lebar

b.    Apabila jamur sudah saatnya dipanen sebaiknya semua ukuran jamur yang ada di dalam media diambil semua

c.    Bila telambat dipanen, lembaran jamur akan menggulung, mengering dan membusuk

d.   Dalam pemanenan jangan sampai ada yang patah, sebab akan menimbulkan infeksi, kalau ada yang tertinggal dicongkel.


Kandang /Kumbung Jamur
PROSES BUDIDAYA JAMUR TIRAM

Pengisian media baglog
Proses pencampuran media
       











Proses sterilisasi media baglog

Proses inokulasi bibit jamur


Rak pemeliharan jamur
Pemeliharaan jamur

Perkembangan jamur dalam rak 

Pemanenan jamur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  SELAMAT TINGGAL 2023,   Engkau Telah bersama Kami dengan dengan segala suka dan duka, semua akan tertoreh dalam tinta emas kehidupan,  dan...